RI Mau Barter Karet Sampai Kopi dengan Pesawat Sukhoi

Inilahjambi – Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mengatakan rencana barter pesawat Sukhoi Su-35 Rusia dengan komoditas perkebunan dari Indonesia hampir mencapai kesepakatan final. Dalam perdagangan dengan skema counter trade (imbal dagang) tersebut, produk komoditas yang ditawarkan yakni berupa karet, kopi, teh, dan minyak sawit (CPO).

“Rencana imbal dagang ini sudah hampir final. Namun, kami masih menawarkan produk Indonesia lainnya untuk diekspor ke Rusia selain karet yang mereka minta,” kata Enggar dalam keterangan persnya, seperti dikutip dalam detik.com Kamis 10 Agustus 2017.

Kesepakatan imbal dagang tersebut sudah dibahas lebih lanjut saat Enggar menyambangi Rusia pada 3-5 Agustus 2017. Dalam lawatan misi dagang tersebut, dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara BUMN Rusia pembuat pesawat, Rostec, dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), yang jadi perusahaan pelat merah Indonesia pengekspor komoditas perkebunan.

Pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 itu direncanakan menggantikan armada F-5 Indonesia yang sudah usang. Adapun nilai imbal dagang yang akan dilakukan dengan Rusia berupa 11 pesawat Sukhoi SU-35 dengan nilai sekitar US$ 600 juta.

“Imbal dagang di bawah supervisi kedua pemerintah ini diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran sebelas Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia, mulai dari kopi, teh, minyak sawit, dan produk-produk industri strategis pertahanan,” jelas Enggar.

Menurut dia, kesepakatan imbal dagang tersebut bersifat sangat berarti bagi Rusia yang saat ini tengah menghadapi embargo perdagangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutunya terkait isu keamanan dan teritorial. Sementara Rusia membalas dengan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut.

Akibat embargo tersebut, negara yang dipimpin Vladimir Putin ini membutuhkan sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk buah-buahan tropis, serta produk lainnya yang membuka peluang dagang lebih besar dengan Indonesia.

Tahun lalu, nilai perdagangan antara Indonesia dan Rusia mencapai US$ 2,11 miliar, dengan Indonesia menikmati surplus sebesar US$ 411 juta. Nilai perdagangan tersebut mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan nilai perdagangan 2015 sebesar US$ 1,9 miliar.

Ekspor non migas Indonesia ke Rusia tumbuh sebesar 8,5% dalam 5 tahun terakhir dengan nilai ekspor di 2016 sebesar US$ 1,3 miliar. Pada periode Januari-Mei 2017, total perdagangan Indonesia-Rusia juga mengalami peningkatan 54,43% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan nilai US$ 1,12 miliar.

Indonesia masih mengalami surplus perdagangan dengan Rusia sebesar US$ 77,45 juta, dengan nilai ekspor sebesar US$ 599,97 juta. Produk ekspor utama Indonesia ke Negeri Beruang Putih tersebut yakni kelapa sawit dan turunannya, kopi, karet, minyak kelapa, dan coklat.

Di luar barter komoditas perkebunan dan pesawat tempur, Enggar berharap bisa mempercepat terbentuknya Indonesia-Russia Prefential Trade Agreement (PTA) dan Indonesia-Eurasia FTA agar dapat mendorong perdagangan yang seimbang dengan Rusia dan negara-negara di kawasan Eurasia.

Rusia mempunyai peran penting dalam hubungan dagang Indonesia, lantaran negara tersebut menjadi pintu gerbang produk Indonesia ke zona Uni Ekonomi Eurasia yang terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kyrgyzstan.

 

 

(Sumber: detik.com)

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]

Tinggalkan Balasan

SOROTAN