Beredar Fhoto Masuk Taman Tapa Malenggang Beli Kopi, Owner; Sarkas Kami Bikin Untuk Menjaga Kapasitas Pengunjung
Inilahjambi.com, Batang Hari – Beredar informasi pada salah satu Sosial Media (Sosmed) Instagram (IG) akun milik Info Batang Hari terkait adanya dugaan unsur pemaksaan beli Kopi bisa masuk icon wisata taman Tapa Malenggang di Kabupaten Batang Hari. Hal itu membuat berbagai komentar dari Nitizen. Diantaranya mengatakan “ntah orang yang dak mampu pengen photo-photo di sano, masaknharus dibeli kopi dulu min. Ekonomi orang beda-beda min“.
Menyingkapi hal tersebut, sebagai Owner “LAYRI Koffee”, Panji, saat ditemui menjelaskan jika dirinya hanya merupakan seorang mitra investasi pengelola saung di taman Tapa Malenggang. Dan tidak ada maksud untuk melarang pengunjung berfhoto-fhoto.
“Jadi gini, biar saya jelasi dari awal, sebenarnya kami masuk sebagai investasi, dan ternyata taman tapa malenggang itu ingin dikelolahkan oleh Swasta, kan seperti itu. Jadi secara tujuannya yang biasanya saya dengar isu nya, kalau diurus Pemerintah barang ini pasti apa namanya? Bakal tidak terurus. Contoh seperti yang belakang rumah Bupati itu seperti Watterboom dengan kawan-kawan dulu kan, akhirnya hancur,” sebutnya. Sabtu sore, (29/04/2023).
” Nah sekarang dengan adanya program dari pemerintah, nah ternyata tempat itu akan dipihak Ketigakan. Jadi saya ajukan profosal, akhirnya saya tanyakan, bisa ngak kami kelolah barang itu? Lalu pengelolaannya resmi loh. Kami ada bayar sewanya, lalu disitu kami ada komitmennya kalau ada yang patah atau yang rusak kami yang perbaiki kerusakannya dan kami bersihkan. Nah, pertanyaannya apa? Apakah semua orang bisa duduk? Bisa duduk dong, tapi ada disitu kan ada spec yang kami bikin. Spec yang ada 60 spec itu,” sambungnya.
Panji pun menuturkan, “itukan ada insvenstasi, kami bikin meja, contoh abang masuk ke cafe-cafe misalnya ada orang mau masuk pesan Koffee, kalau abang duduk misalnya bagai mana? Abang gak pesan Koffee tapi abang duduk di sana kalau orang mau pesan koffee bagai mana? Gimana perasaan orang yang punya cafe di sana? Nah, kalau orang mau masuk kesana mau fhoto-fhoto di jembatan atau di sudut, ok terserah itu hak mereka, gak masalah, nah kenapa sih kami batasi? Karena pada saat lebaran kemarin itu penuh, jadi disitukan kekuatannya tidak bisa terlalu banyak, jadi jika disitu ramai, barang itu gak kuat goyang dia, nah disitulah inisiatif kami, kami batasi, cara membatasi adalah shift yang sudah tersedia,” tuturnya.
Kemudian lebih detail lagi, Panji juga menjelaskan jika shift yang sudah tersedia ada kajiannya. Orang yang sudah masuk disana hanya batas kekuatan 68 orang, kalau lebih dari itu barang itu goyang.
“Keselamatan pengunjung yang kami fikirkan, seperti yang saat kena angin puting beliung saung itu roboh, karena setelah di kaji, kapasitas orang hanya sanggup menahan sebanyak 68 orang. Nah kalau semua masyarakat semua ingin masuk ke sana ini akan termasuk membahayakan masyarakat. Nah kami disini sebagai pengelolah sudah kami siapkan tempat duduk, contoh, menu kami ngak mahal, ada yang 10ribu, ada yang 15ribu, abang duduk di sana kami layani, kami kasih product abang kami layani bayar 15ribu abang sudah bisa duduk disana. Nah pertanyaannya apakah semua orang bisa masuk ke sana? Oh bisa, tapi ada batasannya,” imbuhnya.
“Kalau semuanya orang nongkrong disana, batasanya rusak dia, tapi kalau abang masuk disana ada yang rusak, ada yang patah itu kami perbaiki semua. Pertanyaannya kalau disana diurus disitu bersih semua, karena disana kan ada sebanyak 9 orang karyawan, 9 karyawan itu semuanya orang Batang Hari,” lanjutnya.
Masih kata Panji, sebagai penginvestasi, dirinya pun juga memberikan kesempatan dan peluang untuk berkolaborasi bersama pemilik UMKM di Batang Hari untuk menitipkan usaha rumahannya.
“Nah pertama kami buka lapangan pekerjaan bagi orang Batang Hari kerja di sini, terus kami buka tempat tongkrongan di sana, di situ juga kami buka kolaborasi, orang-orang pengelola UMKM bisa menitipkan barangnya disana. contoh, abang punya product bisa di jual di sana. Nah pertanyaannya selama ini aset yang dikelolah pemerintah yang ku tahu sebelumnya entahlah sekarang, yang ku tahu tidak terawat. Nah sekarang ini yang baru kita buka abang lihat di sana, tempatnya bagus, apa lagi malam Minggu, kesalahan nya dimana? Kami membatasi sarkas di sana biar yang masuk ke sana itu paling tidak terminamilisir, cuma kritik-kritik kami terima sebagai pengelola, karena kami cuma srbagai pengelola bukan pemilik dan kebetulan di sana ada tempat usaha, gitu,” tegasnya.
Saat ditanyakan berapa kontrak pertahunnya antara pengelola dengan pihak pemkab, ia pun menjawab sesuai perjanjian.
“Kami kontrak pertahun, tahun pertama ini uji coba, uji coba ini beda dengan tahun kedua. Uji coba pertama ini setor 15 juta yang tahun pertama. Kalau tahun kedua nanti bisa naik saat kami lihat setelah melihat hasil untuk insvestasi. Kalau misalnya penghasilan meningkat, di tahun Kedua akan lain lagi,” pungkasnya.
“Untuk kontrak ini tahun pertama kami langsung ke pihak aset pemkab,” tutup nya.