Ini Prediksi Kekuatan Pasukan ISIS di Seluruh Dunia
Inilahjambi – ISIS momok baru bagi dunia. Pembicaraan tentang kelompok ini bukan hanya di Barat tapi juga merambah sampai ke Timur, ke ruang kerja dan meja makan kita. Pembicaraan tentang organisasi ini berlarut-larut dari warung kopi, kafe hingga Istana Presiden. Tapi tidak banyak yang tahu dan paham seberapa besar sebenarnya kekuatan pasukan ini. Atau apa sebenarnya ISIS itu.
Banyak sisi ISIS yang belum diketahui. Namun, serupa virus dia terus menggerogoti, melemahkan dan terus membiak. Berikut analisa media yang disimpulkan Beritagar.id, dan diteruskan oleh kami, Inilahjambi.com kepada Anda.
Kota Paris pada Jumat pekan lalu menjadi target serangan berganda yang berujung ratusan korban tewas serta luka-luka. ISIS mengaku bertanggung jawab terhadap aksi penyanderaan, penembakan, dan bom bunuh diri di ibu kota Prancis tersebut.
Sebelumnya, ledakan bom kembar di Beirut, Lebanon, juga diklaim sebagai hasil perencanaan gerombolan yang hampir seluruh para komandan tertingginya pernah menjadi perwira militer Irak.
Jauhnya jarak Paris dari Beirut–membentang hingga lebih dari 3.100 km–tidak menjadikan salah satu kota berpengaruh Eropa itu aman dari teror. Karenanya, Presiden Prancis Francois Hollande sempat berujar:
“Kami tahu dari mana serangan ini berasal. (Kami punya) alasan (kuat) untuk takut.”
Pertanyaan pun muncul mengenai seberapa luas sesungguhnya jaringan milisi yang kini mulai disebut oleh sejumlah pemimpin dunia sebagai Daesh. Selain itu, pertanyaan lain yang acap kali dilontarkan adalah seberapa besar kekuatan militer yang dimilliki oleh organisasi tersebut baik di dalam Irak dan Suriah maupun di luar kedua negera itu.
Namun, masalahnya, belum ada kesepakatan mengenai ukuran pasti kekuatan militer gerombolan itu. Laman Wikipedia menyitir sejumlah sumber demi menuliskan jumlah pasukan ISIS di Irak dan Suriah: klaim dari pejuang suku Kurdi (200.000 orang), informasi militer Rusia (70.000 orang), pengakuan para mujahid (100.000 orang), dan data dinas intelijen Amerika Serikat atau CIA (20.000 – 30.000 orang).
Colin Clarke, ilmuwan politik madya dari Rand Corporation, spesialis urusan pemberontakan dan terorisme lintas negara, menaksir jumlah pejuang ISIS mencapai 10.000 orang.
Angka itu memang jauh dari hitungan kasar sejumlah pihak sebagaimana termuat dalam Wikipedia. Namun, menurut Clarke, “yang mengkhawatirkan justru” ketika “komunitas intelijen bahkan tidak mengetahui” angka pastinya.
Problem buramnya data yang persis mengenai jumlah pasukan ISIS ini agaknya turut dipicu oleh arus pasokan serdadu yang seolah tanpa henti dari pelbagai wilayah.
Indonesia sendiri tidak ketinggalan menjadi salah satu ‘penyumbang’ tentara ISIS. Pada akhir 2014, jumlah warga negara Indonesia yang bergabung dengan organisasi berbendera hitam itu bertambah tiga kali lipat menjadi setidaknya 500 orang.
International Business Times, mengutip laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), pada September 2014 mengatakan bahwa dukungan terhadap ISIS berkembang melalui ruang mengobrol daring yang dikelola oleh sebuah organisasi teroris Inggris pada 2005, Al-Muhajiroun.
Pendiri ruang mengobrol digital itu kemudian mulai berupaya meyakinkan banyak orang untuk memberikan sokongan kepada ISIS.
Itu baru perkara personel. Dan ISIS tidak hanya memiliki pasukan darah dan daging.
Persenjataan yang mereka miliki beragam, mulai dari yang konvensional seperti roket antitank dan antiserangan udara, senjata artileri berat seperti Howitzer M198, berjenis kendaraan lapis baja seperti M1 Abrams dan T-72; dan rudal Scud.
Kelompok itu pernah menembak jatuh helikopter Irak pada 2014 dan mengaku telah melumpuhkan beberapa helikopter lain di tahun yang sama. Mereka dicurigai memiliki sistem rudal antiserangan udara canggih seperti FN-6 buatan Tiongkok.
ISIS juga menyimpan beberapa helikopter tempur UH-60 Blackhawk serta pesawat jet MiG21 dan MiG 23.
Namun, jika menimbang laporan Departemen Pertahanan AS dalam urusan kampanye militer bersama sekutu dalam upaya menggerus daya ISIS, kekuatan kelompok milisi itu mungkin jauh lebih besar.

Besarnya kapasitas militer ISIS kemungkinan besar terwujud berkat kecakapan mereka mendanai gerakannya.
Tidak seperti Al-Qaeda, demikian tulis CBC, yang menerima sebagian besar dana dari negara kaya di Teluk, ISIS menggalang kebanyakan dana secara solo lewat pembajakan kendaraan, perampokan bank, pemerasan, dan penculikan dengan tuntutan tebusan.
Taksiran uang yang ditangguk ISIS per harinya berkisar USD1 juta, atau bahkan USD25 juta – USD30 juta per tahun.
Bahkan, ada pula pihak yang memproyeksikan bahwa jumlah dana harian yang berhasil dikumpulkan mencapai USD2 juta hingga USD4 juta.
Namun, Newsweek pada November 2014 merilis warta mengenai sepak terjang ISIS dan bagaimana kelompok itu mendanai operasinya. Pemerintah atau pihak swasta dari Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait–serta jejaring luas donor pribadi– pada 2012-2014 memberikan dana kotor sebesar USD40 juta.
Hingga kini, ketiga negara itu masih menggelontorkan sejumlah uang demi memerangi rezim Bashar Assad di Suriah, yang satu di antaranya adalah ISIS.
Setelah mendapatkan kecaman dari Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, serta masyarakat internasional, Arab Saudi pada 2013 meloloskan Undang-undang demi menjatuhkan sanksi bagi para penyokong keuangan organisasi teroris seperti Al-Qaeda, Al-Nusra, dan ISIS.
(Muhammad Ikhlas)