Dibayar Sampai Rp 1 Juta, 1.000 Orang Antri Jadi Pendonor Sperma
Inilahjambi – Perusahaan asal Denmark bernama Cryos, baru-baru ini memulai kegiatan ekspor sperma yang berasal dari para pendonor untuk dijualbelikan ke berbagai negara.
Perusahaan bank sperma tersebut mengekspor sperma yang dikemas dalam botol-botol kecil ke sekitar 80 negara. Dari seluruh sperma yang diekspor tersebut dapat menghasilkan setidaknya 27.000 bayi.
“Kami mengekspor 96 persen dari hasil produksi kami. Kami seperti sebuah pabrik. Volume dan kualitas sangat penting,” ungkap Ole Schou, CEO Cryos International.
Schou menjelaskan, saat ini perusahaannya memiliki 1.000 orang pendonor sperma yang dibayar dengan jumlah variatif., Ada yang nilainya mulai dari 15 hingga 76 dollar AS atau setara sekitar Rp199.000, dan ada pula Rp 1 juta untuk setiap donasi.
Saat sperma dari pendonor telah lulus uji dan hasilnya sudah dilegalisir, maka sperma tersebut sudah bisa dijual dengan harga sekitar 45 hingga 1.137 dollar AS atau setara sekitar Rp499.000 hingga Rp15 juta.
Lalu, siapa sebenarnya pasar terbesar ekspor sperma ini? Schou memaparkan, pertumbuhan pasar tertinggi berasal dari para wanita lajang. Sebanyak 50 persen bisnis Schou berasal dari pasar yang menyasar wanita lajang.
Schou menyatakan, pihaknya menargetkan bahwa pasar konsumen berupa wanita lajang dapat meningkat hingga menyentuh 70 persen dari total permintaan dalam waktu lima tahun ke depan.
Namun, Schou pun tidak menampik bahwa perusahaannya masih mengalami beberapa tantangan. Adapun tantangan terbesarnya adalah merekrut pria dengan latar belakang yang beragam sebagai donor untuk memuaskan permintaan pasar.
“Ini masih menjadi kendala bagi kami,” sebut Schou.
Sebab, pada dasarnya menjadi seorang donor sperma bukanlah hal yang mudah. Menurut Kimberly Kraweic, seorang profesor dari Duke University di Amerika Serikat, tidak mudah menjadi dan mencari seorang donor.
“Ini merupakan sebuah pekerjaan yang lebih sulit dibanding kedengarannya. Seorang donor potensial harus mengunjungi klinik dua kali dalam seminggu selama beberapa bulan. Dia juga tidak boleh merokok, mengonsumsi obat-obatan, dan bahkan dilarang bercinta selama proses ini,” jelas Kraweic.
(BUDHIONO)
sumber : Intisari