Istilah ‘Jambi Kota Seberang’ Disoal, Kata itu Dinilai Tak Punya Arti

Inilahjambi, KOTA JAMBI – Istilah “Jambi Kota Seberang” untuk menyebutkan kawasan Seberang, yang terlihat dari neon box di Menara Gentala Arasy, Kota Jambi, disoal. Istilah itu dinilai tidak sesuai dengan sejarah kawasan tersebut.

Menurut ahli sejarah, Via Dicky, perubahan istilah untuk menyebut kawasan Seberang Kota Jambi sebagai “Jambi Kota Seberang” merupakan kesewenang-wenangan. Istilah baru itu juga tidak menunjukkan identitas kawasan Seberang, yang selama ini memiliki ciri khas sendiri di Jambi.

“Istilah ‘Kota Jambi Seberang’ itu tidak memiliki arti. Coba baca baik-baik, apa artinya? kata dia,” kepada inilahjambi, Senin 28 Desember 2015.

Menurut dia, istilah ‘Seberang Kota Jambi’ untuk menyebut kawasan seberang Sungai Batanghari ini, telah ada sejak zaman Belanda.

Baca juga:

 

“Orang-Orang Belanda bahkan menggunakan istilah ini untuk menyebut daerah tersebut. Orang-orang dari manapun kenal istilahnya ‘Jambi Seberang’ atau ‘Seberang Kota Jambi’, bukan istilah baru yang tidak memiliki arti tersebut,” ujarnya.

Seberang sejak zaman dahulu, kata dia, merupakan pusat dari berbagai aktivitas, baik pendidikan, syiar agama dan sebagainya. Aktivitas itu bukan saja bersakala lokal, tapi sudah menginternasional.

“Berbagai pesantren tumbuh dan berkembang di Seberang, dari mana-mana orang belajar ke sana. Banyak ulama terkenal lahir dan besar dari sana. Di Seberang agak ke ilir sedikit, terdapat Candi Muaro Jambi, yang semua orang sudah tahu, merupakan pusat peradaban dan pusat pendidikan agama Budha berskala internasional. Jadi jangan semena-mena mengganti istilah itu. Orang Seberang harusnya bangga dan mempertahankan istilah bersejarah itu,” tegasnya.

Dikatakan Via, dengan merubah nama tempat, nama kawasan, tanpa mempertimbangkan aspek sejarahnya, maka sama dengan menghancurkan nilai-nilai sejarah yang dibangun oleh orang-orang dahulu.

“Seberang itu kan punya ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain sampai kini. Seberang sudah besar sejak dulu. Tiba-tiba dirubah dengan alasan ingin dianggap lebih ‘kota’. Aneh sekali. Seberang tanpa diubah namanya sudah besar sejak zaman dulu, justru kalau diubah malah mengkerdilkan sejarahnya sendiri,” kata dia.

Dia berharap pihak-pihak yang merubah-rubah nama tersebut membahas kembali dan mengembalikannya ke nama asal.

“Jangan sampai orang Seberang sendiri yang menghancurkan sejarahnya dengan merubah-ubah nama tersebut. Pihak-pihak terkait harus mengembalikanya ke nama asal,” katanya.

Diketahui, dari Menara Gentala Arasy yang tampak dari kawasan Tanggo Rajo (Ancol), Kota Jambi, muncul neon box besar dengan tulisan Jambi Kota Seberang sejak beberapa minggu terakhir.

Di media sosial, persoalan perbahan nama itu menimbulkan diskusi publik. Ada yang setuju dan ada yang tidak. Sebagian yang setuju berargumen, perubahan nama itu bertujuan agar kawasan itu tidak lagi dianggap kuno dan terbelakang.

“Kalau istilah ‘Seberang’ kan kuno, kalau ada ‘kota’-nya jadi lebih modern, kita orang Seberang ini tidak lagi dianggap kuno dan terbelakang,” ujar salah satu netizen di grup Facebook “Suara Rakyat Jambi”.

 
(Nurul Fahmy)

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]
SOROTAN