Oh, Ternyata Gini Caranya Agar Koran di Daerah Bisa Bertahan Hidup
Inilahjambi, JAKARTA – Meski digempur dengan munculnya ratusan media online, ditambah perlemahan ekonomi Indonesia yang belum akan bangkit dalam waktu dekat, media cetak diyakini bisa terus bertahan.
Serikat Perusahaan Pers (SPS) menjelaskan siasat utama yang bisa jadi resep mujarab pemain cetak.
Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat, Asmono Wikan mengatakan media cetak, khususnya yang berformat harian, harus cepat pindah ke provinsi yang sedang berkembang di Tanah Air.
“Banyak daerah-daerah di Kabupaten yang berkembang membuat media cetak baru dengan segmentasi pembaca marketing yang bagus,” kata Asmono, Kamis, 12 November 2015 dikuti Merdeka.com.
Dari pantauan SPS, penetrasi koran di luar Jawa mengalami peningkatan paling tinggi, dari 23 persen empat tahun lalu, menjadi 26 persen pada 2014.
Baca juga:
Di kota-kota seperti Palembang, Banjarmasin, Makassar, atau Denpasar, minat membacanya korannya tumbuh lebih baik dibanding Jakarta, Depok, atau Bekasi.
Hal senada juga ditanggapi oleh Pengamat media dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, Ignatius Haryanto. Dia yakin bahwa media cetak masih tetap ada karena masyarakat di luar Jawa masih belum maksimal penetrasi internetnya.
Tapi, konvergensi media adalah harga mati untuk pemain media cetak bertahan di masa mendatang.
Konvergensi artinya satu liputan dapat ditampilkan dalam bermacam medium, mulai dari surat kabar, online, hingga audio visual.
Tanpa rencana konvergensi yang matang, Haryanto pesimis bisnis media cetak dapat bertahan merebut segmen pembaca muda.
Sebab, mayoritas paling rajin mengakses data online, termasuk membaca berita, adalah demografi usia 18-25 tahun merujuk data Asosiasi Penyedia Jasa Internet.
Maka, selain menyasar pembaca luar Jawa dan menyiapkan konvergensi, konten yang bagus akan selalu menjadi taktik jitu merebut pembaca Selama ini di Indonesia, media cetak diakui menawarkan jurnalisme berkualitas yang lebih konsisten dibanding media online.
“Tantangan besar untuk media cetak agar tetap eksis adalah menyesuaikan diri,” kata Haryanto.
(M Ikhlas)