Disbudpar Jambi: Studi Banding Pemandu Dorong Pelaku Wisata Berinovasi
Foto: Kasi Kerjasama Industri Pariwisata Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi Jambi, Alfajri Ramadhan (kiri).
Best Practice Pemandu Wisata Umum Disbudpar Provinsi Jambi ke Bromo, Tengger dan Semeru 16 – 20 November 2018.
Inilahjambi – Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jambi, Heri Suroso, berharap, pengelola destinasi wisata di Jambi dapat terus melakukan inovasi, baik terhadap objek wisata itu sendiri maupun cara pengelolaannya.
Dunia pariwisata itu, ujar Heri Suroso, terus berkembang dan para pengelola juga biasanya terus berinovasi agar objek atau destinasi tidak stagnan, yang berdampak pada munculnya rasa bosan dalam diri para wisatawan.
“Wisatawan umumnya menyukai hal-hal yang baru dan dikelola dengan baik. Maka itu pegiat wisata di Jambi dituntut untuk berinovasi dan terus meningkatkan profesionalitas. Salah satu syarat yang tidak dapat dihindari oleh pengelola destinasi wisata agar terus memiliki daya tarik, yakni inovasi dan profesionalitas,” kata Heri Suroso, Selasa 20 November 2018, kepada Inilahjambi.
Berita terkait: Pegiat Wisata Jambi Harap TNKS Contoh Pengelolaan TNBT Semeru
Peserta studi banding dengan Kepala Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Sarmin/ Foto Rico Mapadenceng
Dipaparkan Kasi Kerjasama Industri Pariwisata Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi Jambi, Alfajri Ramadhan, salah satu cara untuk mencapai itu, maka pihaknya menggelar kegiatan studi banding ke destinasi wisata lain. Kegiatan ini dinilai bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan dan wawasan para pemandu pariwisata di Jambi agar inovatif dan profesional.
“Kegiatan ini kan sudah tidak dilakukan lagi sejak tiga tahun lalu di Dinas Pariwisata Provinsi Jambi. Padahal ini penting untuk perkembangan pengetahuan para pemandu pariwisata. Dan tahun ini kita adakan kembali. Beruntung rencana kegiatan ini didukung oleh Bappeda dan disetujui DPRD,,” kata Fajri, Selasa 20 November 2018.
“Dengan melakukan studi banding, pemandu atau pengelola destinasi wisata dapat melihat langsung bagaimana pengelola objek wisata lain berinovasi. Hasil dari studi banding itu diharapkan dapat diterapkan di Jambi,” kata dia.
Dengan memberangkatkan para pemandu dan pengelola wisata, tujuan studi banding dapat tercapai sekaligus. Karena masing masing pegiata wisata dapat berbagi ilmu sesama mereka. Hal itu dilakukan disela-sela kegiatan studi banding.
“(Studi banding) itulah yang kita lakukan saat ini Pertanyaannya, kenapa Kabupaten Malang menjadi tujuan?” beber Fajri.
Menurut dia, bentang alam Kabupaten Malang dengan sejumlah destinasi unggulan, seperti gunung, candi dan lainnya dapat dipelajari sekaligus oleh para peserta.
“Makanya peserta yang kami undang ini adalah pegiat wisata Gunung Kerinci dan Kompleks Candi Muaro Jambi. Disana mereka dapat belajar dari pengelolaan Gunung Bromo dan pengelolaan candi Singosari sekaligus. Ditambah destinasi lainnya seperti Museum Angkut di Kota batu yang tidak jauh letakknya dari Kota Malang,” kata Fajri.
Fajri meyakini kegiatan ini akan terus dilaksanakan untuk tahun-tahun berikutnya, mengingat manfaat kegiatan tersebut.
(Nurul Fahmy)