Keluarga Jemaah Haji Keluhkan Prosedur Pelepasan di Rumah Dinas Walikota Jambi
Keluarga Jemaah Haji Keluhkan Prosedur Pelepasan di Rumah Dinas Walikota Jambi
Inilah Jambi – Seluruh jemaah haji kloter 18 BTH, Senin 19 Oktober 2015, sekitar pukul 3.30 dini hari tadi telah tiba di Kota Jambi, setelah menempuh perjalanan darat 7 jam dengan bus dari Palembang, Sumatera Selatan.
Dua belas unit bus yang mengangkut mereka langsung menuju asrama haji di bilangan Kotabaru. Di asrama antara itu mereka diuji kesehatan oleh sejumlah paramedis.
Kegiatan yang memakan waktu sekitar 2 jam lebih itu diakui oleh jemaah menambah rasa lelah mereka. Karena sebelumnya mereka juga telah menempuh perjalanan udara sekitar 9 jam dari Jeddah (Arab Saudi) ke Batam. Dari Batam, mereka masih harus ke Palembang sekitar 1 jam menggunakan pesawat.
Usai periksa kesehatan, mereka tidak boleh langsung pulang bertemu sanak keluarga, tapi digiring oleh petugas ke rumah dinas walikota Jambi di kawasan Telanai (Broni) untuk mengikuti acara pisah sambut.
Salah seorang keluarga jemaah haji, Azis, mengaku kesal dengan prosedur pelepasan di rumah dinas itu. Sebab, kata dia, jemaah itu sudah lelah, dan kondisi fisik mereka juga sudah mulai ‘drop’, tapi masih harus menghadiri seremonial yang juga melelahkan.
Baca:
“Kami menunggu sudah dari tadi. Semuanya sudah lelah. Mengapa tidak di asrama haji saja dilepas atau pisah sambut oleh pejabat yang bersangkutan,” kata Azis yang mengaku menunggu sejak pukul 23.00.
Menurut dia, kalau ingin pisah sambut, sebaiknya dilakukan dua atau tiga hari setelah sampai di Tanah Air.
“Pejabat yang berwenang dapat mengundang para haji ini untuk pisah sambut dengan walikota atau pejabat lainnya, tiga hari setelah kedatangan mereka. Jadi para haji ini lebih ‘fresh’,” katanya lagi.
Pantauan di lapangan, prosedur pelepasan haji ini terlihat bertele-tele. Sejumlah haji ada yang menunaikan shalat subuh di rumah dinas, dan sebagian lagi di asrama haji. Sehingga bus yang mengantar mereka tidak serentak datang. Akhirnya waktu seremonial semakin molor sampai pukul 6.00 pagi.
Di rumah dinas walikota, sebagian jemaah tidak langsung masuk ke aula, mereka justru terlibat peluk cium dengan sanak-keluarga yang sudah menunggu dari tadi di luar pagar.
Sejumlah petugas POl PP dan pegawai terlihat keteteran menghadapi antusiame keluarga jemaah haji. Mereka memasang pagar betis menghalangi agar jemaah tidak bercampur dengan keluarganya, termasuk menjaga barang-barang.
“Bayangkan, untung tidak ada yang pingsan. Hal ini kan seharusnya tidak perlu terjadi, kalau saja mereka langsung boleh pulang ke rumah,” sambung Azis.
Walikota Jambi Syarif Fasha, dalam sambutannya juga menyesalkan prosedur itu. Menurut dia, seharusnya prosedur (seremonial) itu tidak perlu dilakukan di rumah dinas, yang berjarak cukup jauh dari asrama haji, sehingga menambah rasa lelah jemaah.
“Saya akui memang ini melelahkan, dari asrama haji ke rumah dinas. Mengapa tidak langsung dilepas di asrama haji saja. Saya kasihan lihat bapak-bapak dan ibu, sudah menempuh perjalanan jauh, masih harus melewati protokoler yang berbelit,” ujar Fasha.
Namun dia mengaku saat ini tidak dapat menghindar dari protokoler itu, sebab semuanya telah diatur oleh Pemerintah Provinsi Jambi dan Kementrian Agama.
“Protokoler ini diatur oleh Pemerintah Provinsi dan Kemenag, saya tidak dapat berbuat apa-apa, ini di luar kuasa saya,” katanya.
Ke depan, lanjut Fasha, pihaknya akan mengusahakan prosedur yang lebih cepat dan praktis.
“Ke depan tidak ada lagi hal seperti ini. Cukup sekali ini saja. Sekali tuntas,” tutupnya.
(Nurul Fahmy)