Nah Ketahuan, Ada Monyet Mati, Besi dan Sol Sepatu dalam Bongkahan Getah, Reputasi Karet Jambi di Singapura Memburuk
Inilahjambi, KOTA JAMBI – Peraturan Gubernur Jambi tentang bongkahan karet bersih yang dijual ke pabrik atau pengepul telah diteken oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
Sembari menunggu pengesahan Gubernur, Dinas Perkebunan melakukan sosialisasi ke masyarakat, pabrik atau perusahaan. Inti dari Pergub itu, para petani harus menjual getah bersih, sehingga harga dapat normal dan perekonomian petani karet di Jambi membaik.
Soal getah bersih ini, redaksi inilahjambi memiliki catatan dari seorang Belanda, P.J van der Meulen dalam Memorie van Overgave pada 1932 lalu. Catatan ini kemudian dikutip Elsbeth Locher-Scholten dalam bukunya, ‘Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial; Hubungan Jambi-Batavia (1830- 1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda.‘
Dalam buku itu disebutkan, masa kejayaan produksi karet di Jambi terjadi pada 1920 hingga 1925 dan 1937. Di tahun-tahun itu akumulasi pendapatan dari penjualan getah mencapai angka 46 juta gulden.
Baca selengkapnya di :
Produksi yang melimpah dan harga jual yang tinggi pada saat itu telah menjadikan rakyat Jambi makmur secara ekonomi. Zaman itu kemudian disebut sebagai “zaman koepon”. Sebuah situasi yang merujuk pada maraknya penjualan kupon-kupon panen karet milik pribumi yang dikeluarkan Belanda, guna mengatur produksi dan distribusi karet yang berlimpah itu.
Sayangnya, sebagian kecil para petani memanfaatkan tingginya harga jual karet di pasaran dengan melakukan praktik-praktik ilegal. Getah basah yang baru saja disadap dicampur dengan pasir, potongan-potongan besi, sol sepatu bekas, bahkan monyet matipun dicampurkan guna menambah berat karet pada saat ditimbang.
Dalam catatan itu juga dikatakan, karena satu-satunya transportasi untuk mengangkut karet pada saat itu adalah sungai, maka 46 persen karet yang dijual mengandung air. Sehingga karet produksi Jambi di Singapura reputasinya menjadi buruk.
Namun bagaimanapun reputasinya, karet Jambi telah terlanjur menguasai ekspor komoditas dari wilayah lain, dan berhasil melakukan penetrasi pasar yang berdampak pada kemakmuran rakyat secara umum.
Bahkan ekspor karet Jambi ke pasar dunia menguasai sekitar 90 persen ekspor sumber daya alam dari wilayah lain. Kondisi yang belum pernah terjadi lagi sesudahnya, bahkan hingga kini.
Usia pohon karet Jambi yang sudah tua sayangnya tidak diikuti revitalisasi atau replanting karet oleh petani. Berdasarkan catatan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi pada 2006 lalu, tercatat dari 600 ribu hektare hamparan tanaman karet di Provinsi Jambi, luas tanaman karet unggul hanya 15 persen, sisanya berupa tanaman karet tua yang tidak produktif lagi.
Lihat juga:
(Nurul Fahmy)