Tensi Meningkat, Ribuan Warga Rohingya Kabur ke Bangladesh

Inilahjambi – Ribuan Muslim Rohingya memilih meninggalkan rumahnya menyusul meningkatnya ketegangan di Rakhine. Negara bagian yang menjadi wilayah termiskin di Myanmar, merupakan rumah bagi satu juta warga Rohingya.

Warga berbondong-bondong melarikan diri ke perbatasan Bangladesh. Namun penjaga perbatasan di sana, memaksa mereka untuk kembali.

Polisi Bangladesh mengatakan, pihaknya telah memaksa 70 orang untuk kembali ke Myanmar. Hal itu dilakukan setelah pihaknya menemukan bahwa Rohingya mencoba masuk ke sebuah kamp pengungsi di wilayah perbatasan Ghumdhum.

“Mereka memohon kepada kami untuk tak mengirim mereka kembali ke Myanmar,” ujar seorang polisi seperti dikutip dari BBC dalam liputan6.com, Senin 28 Agustus 2017.

Namun sekitar 3.000 Rohingya berhasil masuk ke negara itu dan mencari perlindungan di sejumlah kamp sejak Jumat, 25 Agustus 2017.

Seorang koresponden AFP di sebuah kamp darurat di Balukhali mengatakan, banyak dari mereka yang membawa ‘cerita horor’

“Mereka melepaskan tembakan begitu dekat sehingga aku tak dapat mendengar apa pun sekarang,” ujar Mohammad Zafar (70) yang mengatakan bahwa pria bersenjata telah menembak mati kedua putranya di sebuah ladang.

“Mereka datang dengan tongkat untuk mendesak kami ke perbatasan,” imbuh dia.

Sementara itu Rohingya lain, Amir Hossain (61) mengatakan bahwa mereka sangat membutuhkan bantuan.

“Tolong selamatkan kami. Entah tinggal di sini atau di mana pun kami akan terbunuh,” ujar Amir.

Puluhan ribu dari komunitas Rohingya yang sebelumnya telah melarikan diri ke Bangladesh, menuduh pemerintah Myanmar telah melakukan penganiayaan etnis.

Pemicu Kembali Terjadinya Pertikaian di Rakhine

Ketegangan di Rakhine kembali terjadi pada 25 Agustus 2017. Peristiwa yang menelan 71 orang korban itu, terus berlanjut dengan bentrokan yang terjadi pada keeskokan harinya.

Kantor Pemimpin De Facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan, kejadian itu berlangsung di Negara Bagian Rakhine. Daerah itu, sejak akhir tahun lalu, menjadi pusat pertikaian antara militer dan etnis muslim Rohingya.

“Sebanyak 12 orang aparat keamanan terbunuh dan 59 jasad dari kelompok teroris ekstremis Bengali telah ditemukan,” ucap keterangan resmi tersebut seperti dikutip dari SBS.

Kelompok teroris ekstremis Bengali merupakan sebutan yang dipakai aparat keamanan Myanmar kepada milisi Rohingya.

Aparat Keamanan Myanmar dalam keterangan resminya menyebut, pemicu bentrokan adalah penyerangan 150 militan Rohingya ke 20 pos polisi.

Saat menyerang, mereka dilengkapi sejumlah senjata api dan bom molotov.

Menurut seorang pejabat kepolisian di Myanmar, kondisi di tempat meletusnya pemberontakan begitu mengerikan. Sebab, milisi Rohingya sempat mengepung perbatasan.

Sementara itu menurut seorang editor BBC, Michael Bristow, ektremisme yang tumbuh di kelompok tersebut, tumbuh akibat pembatasan yang mereka hadapi. Selama ini warga Rohingya telah menghadapi sejumlah pembatasan di Myanmar yang mayoritas penduduknya menganut agama Buddha.

 

 

(Sumber: liputan6.com)

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]

Tinggalkan Balasan

SOROTAN