Tillerson: AS Tak Berniat Gulingkan Rezim Kim Jong-un

Inilahjambi – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson menjamin bahwa negaranya tidak berniat menggulingkan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un, meski tetap mendesak negara itu untuk menghentikan program nuklirnya.

“Kami tidak melihat perubahan rezim [Korut], kami tidak berniat meruntuhkan rezim. Kami juga tidak berniat mempercepat reunifikasi Semenanjung Korea,” ucap Tillerson dalam jumpa pers di kantornya, Rabu 2 Agustus 2017.

“Kami juga tidak mencari peluang untuk mengirimkan militer AS di zona demilitarisasi–perbatasan Korut-Korsel–ke Pyongyang. Dan kami berupaya menyampaikan hal itu kepada Korut,” katanya, menambahkan.

Pernyataan itu dilontarkan Tillerson menyusul kabar yang beredar bahwa badan Intelijen Pusat AS (CIA) berencana menggulingkan Kim Jong-un, yang dilihat sebagai satu-satunya cara untuk membendung ambisi nuklir Korut.

Tillerson bahkan mengatakan negaranya siap berdialog dengan Pyongyang asalkan negara paling terisolasi itu mau melucuti senjata nuklir dan program rudal mereka.

Washington, tuturnya, akan berupaya meyakinkan Pyongyang bahwa negaranya tak membutuhkan senjata nuklir untuk mempertahankan diri dari serangan dan ancaman AS.

“Kami [AS] bukan musuh Anda [Korut]. Kami bukan ancaman Anda. Tapi sebaliknya, kami sedang menghadapi ancaman yang tidak bisa kami diamkan saja dan AS harus merespons ancaman itu,” ujar Tillerson. “Meski begitu, kami tidak berasumsi dilangsungkannya dialog bersama Korut akan produktif.”

Sejak awal 2017, Korut terus memberontak dengan tetap mengembangkan program rudal mereka. Dari Januari hingga akhir Juli lalu, Pyongyang telah melakukan serangkaian uji coba rudal antarbenuanya yang dianggap sejumlah pengamat sudah mampu menjangkau daratan AS.

Pyongyang bahkan mengklaim rudal-rudalnya tersebut berkapabilitas nuklir.

Khawatir dengan ancaman Korut yang kian nyata, AS mencari peluang untuk semakin menekan negara itu, salah satunya mendorong PBB untuk memberikan sanksi baru.

Presiden Donald Trump juga menuntut China dan Rusia–sekutu terdekat Korut–untuk berbuat banyak mengendalikan tetangganya itu.

Tilleson mengatakan Beijing dan Moskow memiliki “tanggung jawab khusus” terkait peningkatan ancaman rudal dan nuklir Korut.

“Kami bukan menyalahkan China dan Rusia terkait situasi Korut. Tapi kami percaya, Beijing dan Moskow memiliki hubungan yang unik dan spesial [dengan Korut] seperti kerja sama ekonomi, yang bisa mempengaruhi rezim Korut,” kata Tillerson seperti dikutip AFP.

 

 

(Sumber:cnnindonesia.com)

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]

Tinggalkan Balasan

SOROTAN