Keberadaan Johan Budi Sebagai Jubir Presiden Dinilai Tambah Perkeruh Suasana

Inilahjambi – Peran jurubicara presiden Johan Budi yang lebih mirip jurugaduh disorot. Misalnya, pernyataan Johan Budi yang meminta menteri tidak gaduh justru malah memperkeruh suasana.

“Ia (Johan Budi) menegur ‘jangan gaduh’ dengan instrumen kegaduhan. Sama seperti mencoret di tembok tulisan: jangan mencoret tembok dengan cara mencoret tembok,” ujar Diektur Partisipasi Indonesia, Arie Ariyanto, dalam diskusi “Nasib Nawacita” di Jakarta, Minggu 13 Maret 2016.

Ia menjelaskan, desain awal pemerintahan Jokowi-JK tidak menempatkan pos jurubicara presiden. Ini disebabkan kelebihan yang dimiliki Presiden Jokowi yang tidak menghendaki adanya sekat-sekat pemisah antara dirinya dengan ruang publik.

Ditambahkannya lagi, fungsi jurubicara seharusnya menjadi corong komunikasi presiden, yakni secara reguler mengupdate situasi ekonomi politik terkini secara berkala ke publik, bukan menafsirkan semaunya kehendak presiden. Johan misalnya menafsirkan Jokowi marah-marah dengan perdebatan tentang pengelolaan Blok Masela padahal kenyataannya Jokowi tidak demikian.

Bagi Arie, tindakan Johan yang demikian tidak terlalu mengherankan. Saat masih jadi jurubicara KPK, Johan juga sering membantah pernyataan pimpinanya, tak terkecuali Abraham Samad selaku ketua lembaga anti rasuah itu.

“Bagaimana pertumbuhan ekonomi saat ini, meleset dari perkiraan atau tidak? Bagaimana penyerapan tenaga kerja, jumlah wisatawan setelah kebijakan bebas visa? Harusnya ini yang disampaikan oleh dia (jubir presiden), dan datanya jangan dimanipulasi,” tukasnya.

 

 
(RMOL)

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]
SOROTAN