BBC: Perusahaan Asal Korea Selatan Sengaja Bakar Hutan di Papua

BBC: Perusahaan Asal Korea Selatan Sengaja Bakar Hutan di Papua


Inilah Jambi –  Media internasional BBC merilis sebuah hasil investigasi visual yang menujunjukkan adanya aktivitas pembakaran hutan oleh perusahaan raksasa asal Korea Selatan pada Kamis 12 November 2020 lalu.

BBC menulis bahwa kegiatan pembakaran itu dilakukan dengan “secara sengaja” menggunakan api untuk membuka hutan Papua demi memperluas lahan sawit.

Berikut narasi berita BBC yang berjudul Papua: Investigasi ungkap perusahaan Korsel ‘sengaja’ membakar lahan untuk perluasan lahan sawit.

Hutan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat adat Papua secara turun temurun. Namun kini menjadi garda terdepan perluasan bisnis perusahaan sawit.

Suku Mandobo dan Malind yang tinggal di pedalaman Papua, perlahan kehilangan hutan adat yang menjadi tempat mereka bernaung.

“Saya menangis, saya sedih kenapa saya punya hutan, alam Papua yang begini indah, yang tete nenek moyang wariskan untuk kami anak cucu, kami jaga hutan ini dengan baik,” tutur Elisabeth Ndiwaen, perempuan Suku Malind yang hutan adatnya di pedalaman Merauke kini telah menjadi perkebunan kelapa sawit.

“Kami tidak pernah bongkar hutan, tapi orang dari luar bongkar itu. Buat saya itu luka,” ujarnya. Baca selengkapnya

***

Baca juga:

 

LIPI: Lobster Sebaiknya Dilestarikan


Inlah Jambi – Polemik tentang apakah benih lobster sebaiknya dijual atau dilestarikan telah berlangsung sejak lama.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memilih untuk melestarikan benih lobster dan melarang untuk diekspor.

Sebaliknya  Menteri KKP Edhy Prabowo yang baru saja diciduk KPK mencabut larangan itu dan lantas membuka keran eksport benih lobster ke 30 an perusahaan.

Eksport benih lobster itulah yang membawa petaka ke politisi Gerindra itu. Dia diciduk KPK karena diduga menerima suap izin eksport benih lobster.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, pengembangan budidaya lobster sesungguhnya sudah dilakukan Indonesia sejak lama.

Akan tetapi budidaya lobster memerlukan waktu pembesaran yang sangat lama, sehingga tingkat keberhasilannya pun kecil.

“(Penyakit) red body, penyebabnya adalah bakteri. Gejalanya, warna tubuh menjadi kemerahan, nafsu makan berkurang, pertumbuhan rendah, beberapa dapat menyebabkan kematian,’ tulis LIPI di akun Twitter nya, Senin 30 November 2020.

Oleh karena itu, lanjut LIPI, pelestarian lobster perlu dijaga sebab produksi terbesarnya masih mengandalkan perkembangbiakan natural di alam.

***

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]

Tinggalkan Balasan

SOROTAN