Orang Jambi ini Pernah Todongkan Senjata ke Gatot Nurmantyo
Orang Jambi ini Pernah Todongkan Senjata ke Gatot Nurmantyo
Inilah Jambi – Karir militer Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dimulai saat dia lulus dari Akademi Militer Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1982. Lepas dari sana, Gatot diangkat menjadi ajudan pribadi Panglima Kodam III Siliwangi yang saat itu dijabat oleh Edi Sudrajat.
Sosok Jenderal Edi Sudradjat ternyata berpengaruh pada karier Gatot Nurmantyo. Edi Sudradjat, eks Kepala Staf Angkatan Darat, Panglima ABRI dan Menteri Pertahanan dan Keamanan era Presiden Soeharto itu menjadikan Gatot sebagai pribadi yang berdisiplin tinggi dan penuh dedikasi.
Edi Sudrajat diketahui sebagai orang Jambi yang lahir pada 22 April 1938, dan wafat di Jakarta pada 1 Desember 2006 pada umur 68 tahun.
Baca juga:
Jenderal “Kurus” Legendaris Kelahiran Jambi
Majalah Tempo edisi 1 April 2018 menuliskan pengakuan Gatot Nurmantyo terhadap Edi Sudrajat yang dianggapnya sebagai guru.
Menurut Gatot, pertemuannya dengan Edi Sudrajat membawa keberuntungan bagi dirinya. Menjadi ajudan bagi Edi, Gatot seperti berada di lembaga pendidikan, tapi lembaga pendidikan itu tidak ada dan tidak ada yang tahu kapan ia tamat.
“Tapi, apabila kamu berhasil, kamu jadi orang hebat.” Kata-kata di awal pertemuan dengan Edi itu selalu diingat Gatot.
Sebagai sosok yang malang melintang dalam operasi militer, Edi cukup berhati-hati. Pun juga waspada, mengingat Edi, salah satunya pernah ikut operasi pemberantasan Gerakan 30 September 1965.
“Itu membuat beliau trauma,” ujar mantan Panglima TNI itu di kantor Tempo, Jakarta, Selasa, 27 Maret 2018.
Kemana-mana, Edi selalu membawa senjata. Bahkan, kata Gatot, Edi selalu menyelipkan pistol dan pisau komando di bawah bantal. Edi bahkan selalu mencari kamar dengan pintu penghubung dengan ajudan jika bepergian. Pun dengan Gatot saat jadi ajudan. “Dan tidak boleh dikunci,” kata Gatot.
Suatu ketika, Gatot diuji oleh Edi. Saat berada di sebuah hotel untuk mengawal Edi. Sang Jenderal yang mengenakan piyama, tiba-tiba masuk ke kamar Gatot. Saat itu, pistol Gatot diletakkan di meja. Edi tiba-tiba menodongkan senjatanya kepada Gatot.
“Kalau begini, bagaimana kamu bisa melindungi saya?”
Jenderal Edi memperingatkan Gatot bahwa kecepatan menembak hanya sepersekian detik. “Kamu ambil pistol, sudah keluar duluan pelurunya,” tuturnya menirukan ucapan Edi.
Edi juga mengajarkan Gatot teliti dan disiplin. Misalnya suatu malam, Gatot dibangunkan Edi. Sang bos mengingatkan ada banyak hal yang belum dicek, terkait pengamanan. “Apa saja kerjaanmu? Itu ada yang belum dikunci.”
Gatot mengaku baru ngeh, ia baru bisa tidur jika bosnya rehat dan seluruh tempat aman. Mengingatnya, Gatot mengaku sering tertawa.
Menurut Gatot, sehabis teguran itu dan agar keteledoran itu tak terulang, Gatot berkoordinasi dengan putera bungsu Edi. “Kalau aman, tidur,” kata Gatot.
Bagi Gatot, Edi adalah sosok yang perlu diingat. Terutama cara mendidiknya. Edi menjadikan Gatot sebagai staf begitu ia tiba di kantor.
“Kamu bukan ajudan. Kamu staf saja.”
Pernyataan Edi itu punya makna. Sebagai staf sekaligus ajudan, Gatot harus mengetahui segala jenis surat, agenda, dan catatan yang masuk dan diketahui Edi.
Agar urusan lancar, Gatot pernah membuat konsensus dengan para Komandan Resor Militer (Danrem). Para Danrem dimintanya menyiapkan beberapa surat kabar yang sudah diberi tanda sebelum dibaca Edi.
“Jadi beliau tinggal baca saja, enak sekali. Ha-ha-ha,” ucapnya.
Berita lainnya:
Gatot Nurmantyo Dekat dengan “9 Naga”, Dana Pencapresan Bakal Ditopang Tomy Winata?
(Muhammad Ikhlas)