Aktifkan Watermark Bendera Perancis Usai Teror di Paris, Facebook Dinilai Rasis
Inilahjambi, Jambi – Munculnya fitur watermark bendera Perancis di Facebook, pasca teror di Paris pada Jumat 13 November 2015, sebagai ungkapan simpati terhadap korban, oleh para pengguna jejaring media sosial itu, menimbulkan perdebatan di media sosial.
Tidak sedikit yang menggunakan dan berlaku cuek, namun tidak sedikit pula yang mendebat dan menyindir petinggi Facebook Mark Zuckerberg telah berlaku rasis.
Sebelumnya, tidak lama usai penembakan di Paris, Facebook memang memasang fitur safety check untuk para pengguna FB yang berada di lokasi kejadian. Fitur itu berguna untuk mengonfirmasi keselamatan mereka kepada keluarga dan teman di jejaring sosial itu.
Lepas itu, Facebook kemudian melanjutkan kegiatannya dengan menambahkan pilihan watermark bendera Perancis pada foto profil.
Tindakan inilah yang menuai kritik. Sebab sebelumnya Facebook tidak menggaktifkan fitur tersebut saat bom meledak di Beirut, Libanon. Padahal, tragedi itu hanya sehari terjadi sebelum teror di Paris. Facebook juga hanya mengaktifkan fitur Safety Check pascabencana alam, seperti gempa bumi di Pakistan baru-baru ini.
“Aktivasi pengecekan keamanan untuk Paris, namun tidak untuk Beirut. Terlihat sejarah panjang pengabaian nasib penduduk di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara,” kata profesor komunikasi di Northwestern University of Qatar, Joe Khalil, seperti dilansir Al Arabiya News, Senin 16 November 2015.
Sementara itu, blogger asal Beirut, Joey Ayoub, salah satu organisator muda juga protes. Dia mengatakan, dirinya melihat jelas bahwa bagi dunia, kematian warga Beirut tidak sepenting kematian warga Paris.
Padahal Ayoub menyebut dirinya sebagai “masyarakat berbahasa Perancis yang istimewa di Libanon”, dan menganggap Paris sebagai kampung halaman keduanya.
Protes bahkan juga ditulsikan oleh banyak orang di bawah foto profil Mark yang berwarna bendera perancis. Salah satunnya dari Mano Muskan. Dia menuliskan:
Kemarin 100 tak bersalah tewas dalam serangan Libanon, 500 tak bersalah tewas di Palestina, 200 mati di Yaman, tahun terakhir 400,000 mati di Suriah, 5 tahun yang lalu 1.5 juta mati di Irak, namun tidak ada yang mengatakannya. Dunia berdiri diam. Dan dalam serangan di Paris hari ini 150 mati dan kemudian dunia menjadi gila.
Apa Respons Mark Zuckerberg? Baca Selanjutnya…
Kritik yang kian meluas terkait tudingan tindakan pilih kasih itu, direspon CEO Facebook Mark Zuckerberg. Dia menulis argumennya di bawah foto profilnya yang berbendera Perancis.
“Hingga kemarin, kebijakan kami hanya mengaktivasi Safety Check untuk bencana alam. Kami baru saja menggantinya dan berencana mengaktifkan Safety Check untuk bencana kemanusiaan lain yang terjadi,” kata Zuckerberg.
“Terima kasih untuk semua yang telah bertanya dan perhatian tentang ini. Anda benar bahwa ada banyak konflik penting lainnya di dunia,”
Kepala Respons Darurat Timur Tengah dan Afrika Utara Facebook, Narain Jashmal, turut menambahkan, “Saat ini, kami menyatakan apa yang harus kami katakan. Saya memperkirakan akan ada komunikasi lebih lanjut segera.”
Namun bagi profesor Khalil, ada alasan lain di balik fitur tersebut. “Saya melihat watermark foto profil, seperti pengecekan keamanan, sebagai cara facebook untuk menjaga relevansinya bagi pengguna yang masih aktif.”
“Dengan menyediakan fitur-fitur ini, Facebook bertujuan tetap relevan setidaknya untuk pengguna yang masih menggantungkan koneksi sosialnya di Facebook. Tetapi ketidakadilan akses itu bisa jadi membuat pengguna mencari alternatif lain,” katanya lagi.
Sebaliknya, ahli kebijakan internet dari Abu Dhabi, Rafid Fatani, memaklumi kebijakan yang kian disebut pilih kasih tersebut. Fatani menganggapnya sekedar persoalan sumber daya.
“Menurut saya perbedaan terhadap Beirut dan Paris bukan masalah sikap Facebook, melainkan alokasi sumber daya. Facebook punya sedikit sekali sumber daya kebijakan publik (yang andal) di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara daripada di wilayah lain.”
(Olivia Admira)