Pengepungan Masjidil Haram yang Mengubah Sejarah Arab Saudi

Pengepungan Masjidil Haram yang Mengubah Sejarah Arab Saudi

 

Inilah Jambi – Hari ini, 41 tahun yang lalu di Arab Saudi, pernah terjadi peristiwa paling dramatis, tepatnya di Masjidil Haram, Mekkah, kota suci bagi umat Islam.

Pagi itu, 20 November 1979, puluhan ribu jemaah dari seluruh pelosok dunia berkumpul di  Masjidil Haram menanti shalat subuh.

Masjid suci itu dibangun di sekeliling Kabah yang dianggap sebagai Baitullah alias “Rumah Allah” dan menjadi arah bagi seluruh umat Islam dalam menunaikan ibadah shalat di mana pun mereka berada.

Mereka semua pun shalat berjemaah. Ketika shalat selesai, sekitar 200 jemaah mengenakan jubah putih mengeluarkan senapan otomatis yang mereka selundupkan.

Sebagian jemaah bersenjata itu mengambil posisi di sekitar imam yang memimpin shalat dan mengambil alih mikrofon.

Melalui pengeras suara, mereka menyampaikan pernyataan yang mengejutkan.

Baca juga:

Dilansir dari BBC Indonesia, mereka berkata, “Kami menyampaikan hari ini kedatangan Mahdi, yang akan membawa keadilan dan kebenaran di bumi, yang sudah penuh dengan ketidakadilan dan penindasan.”

Berdasarkan naskah-naskah Islam, Mahdi adalah “penebus Islam” yang akan membersihkan dunia dari kejahatan dan memerintah pada hari-hari menjelang akhir dunia.

Bagi kelompok yang dipimpin Juhayman Al Otaybi yang menduduki Masjidil Haram itu, aksi mereka adalah awal dari hari kiamat.

Salah seorang jemaah yang mengikuti shalat pada subuh yang naas itu adalah seorang mahasiswa yang baru saja menuntaskan ibadah hajinya.

“Kami sangat kaget karena begitu shalat selesai, beberapa orang mengambil alih mikrofon dan menyampaikan pengumuman di Masjidil Haram. Mereka mengatakan bahwa Mahdi sudah datang,”

“Orang-orang bergembira karena sang penyelamat sudah datang. Orang-orang senang dan memekikkan takbir,” kenangnya.

Para jemaah bersenjata yang menduduki Masjidil Haram itu adalah kelompok ultra-konservatif Muslim Sunni yang dipimpin oleh seorang ulama muda dari suku Arab Badui bernama Juhayman Al Otaybi.

Lewat pengeras-pengeras suara di Masjidil Haram, mereka menyatakan bahwa Imam Mahdi ada di sana, ada di antara mereka.

Seorang pria kemudian muncul ke depan, Mohammed Abdullah Al Qahtani, yang merupakan ipar Al Otaybi. Dia menyatakan dirinya sebagai Mahdi, sang penyelamat.

“Kemudian Juhayman datang dan menyatakan kesetiaan kepada Imam Mahdi. Dia meyakinkan orang-orang sehingga mereka menyatakan kesetiaan kepada Mahdi,” kenang mahasiswa muda tadi.

Salah seorang mahasiswa lain, Abdulmanan Sultan, yang menyelinap ke dalam masjid pun memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.

“Orang-orang sangat terkejut melihat senjata di Masjidil Haram. Ini hal yang tidak biasa bagi mereka. Tidak diragukan lagi hal itu membuat mereka takut. Sesuatu yang amat tidak patut,” tutur Abdulmanan.

Juhayman Al Otaybi memerintahkan para pria bersenjata pengikutnya untuk menutup Masjidil Haram dan menempatkan penembak jitu di menara masjid, siap berperang melawan musuh-musuh Mahdi.

Bagi mereka, Pemerintah Arab Saudi dianggap tidak bermoral, korup, dan berorientasi pada Barat.

Ketika polisi mendekati masjid untuk mencari tahu yang terjadi di dalam, mereka melepas tembakan dan korban jiwa pun berjatuhan.

Baca selanjutnya 

 

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]

Tinggalkan Balasan

SOROTAN