Makam Keramat di TPU Talang Jauh, Jelutung, Ternyata Berusia Lebih 5 Abad

Makam Keramat di TPU Talang Jauh, Jelutung, Ternyata Berusia Lebih 5 Abad


Inilah Jambi – Salah satu makam pangeran, yang biasa disebut dengan Makam Keramat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Talang Jauh, Jelutung, Kota Jambi, ternyata berusia lebih dari 5 (lima) abad.

Meski berada di pekuburan umum, namum makam yang nisannya bernama Pangeran Patih Jaya Kabul di Bukit atau Pangeran Kabul di Bukit itu, berada dalam komplek makam-makam anak keturunan raja-raja Jambi di TPU itu.

Siapa Pangeran Kabul di Bukit? Inilahjambi menemukan data dari media sosial yang diunggah akun Sabarudin Achmad pada Oktober lalu tentang sejarah singkat dan garis keturunan pangeran.

Disebutkan, Raden Jaya bin Sayid Ahmad Kamil (Orang Kayo Hitam) dari ibu Ratumas Ratu Ayu (Ratu Pemalang), didaulat menjadi Raja Merangin oleh saudaranya, Panambahan Rantau Kapas (Pangeran Hilang Di Aer).

Peristiwa itu terjadi sekira tahun 934 H hingga tahun 1023 H atau bersamaan dengan 1528 M sd 1615 M.

Setelah lebih kurang 87 tahun bertahta di istana Ujung Tanjung Muaro Masumai, Merangin, Raden Jaya diminta kembali ke istana Tanah Pilih untuk menjadi Pangeran Tertua (Ketua) di jajaran Pepatih Luar.

Sepuluh tahun melaksanakan tugas sebagai Pangeran Tertua (Ketua) di istana Tanah Pilih, Raden Jaya wafat pada tahun 1034 H (1625 M) dalam usia 140 tahun.

Jasadnya dikebumikan di tapak pemakaman khusus keluarga Kedipan di Talang Jawo (Talang Jauh) Simpang Jelutung, Kota Jambi.

Selama hayatnya Raden Jaya bin Sayid Ahmad Kamil dikenal dengan berbagai gelar kehormatan antara lain: Pangeran Patih Jaya; Rang Kayu Jati Puspajaya Kabul di Bukit; Pangeran Temenggung Kabul Di Bukit; Pengeran Patih Jaya Kabul di Bukit; Rajo Panjang Zat; dan Pangeran Temenggung Mangku Negara.

Pada saat marak judi SDSB (Porkas) dan sebagainya, Makam Keramat Pangeran Tumenggung Kabul di Bukit sering didatangi oleh orang-orang yang meminta berkat dan petunjuk nomor jitu.

Mereka biasanya membawa sesaji berupa makanan dan minuman yang diletakkan di areal makam. Ritual minta nomor (ngelok) itu biasanya dilakukan oleh orang yang dianggap pintar menghubungkan dunia gaib dengan dunia nyata, sehingga bisa berkomunikasi, termasuk memberikan angka-angka jitu, menurut mereka.

Baca juga:

(Nurul Fahmy)

***

Terima kasih telah membaca Inilahjambi.com. Cantumkan link berita ini bila Anda mengutip seluruh atau sebagian isi berita. Laporkan keluhan dan apresisasi Anda terkait konten kami ke email:[email protected]
SOROTAN